/>

(Review) The Others (2001) [Indonesia]

Hidup Berdampingan Grace Stewart (The Others) [2001] Bukti Pertama Dunia Paralel? (Bandersnatch)


The Others adalah film drama horror asal amerika yang dibintangi aktris tersohor Nicole Kidman. Dirilis pada tahun 2001 The Other terbilang cukup sukses jika dibandingkan film - film horror lain kala itu. Tapi tidak seperti kebanyakan film horor lain The Others menurut saya tidak menonjolkan sisi supranatural secara gamblang, melainkan pada sisi Thrillernya.

Scene horor yang ditunjukkan malahan terbilang biasa-biasa saja dan sebagian mengatakan tidak menyeramkan sama sekali. Saya tidak ingin berdebat dengan itu- Ther Others unik dan menarik dengan caranya sendiri -itu jelas. Menceritakan kisah keluarga yang terdiri dari ibu dan kedua anak yang tinggal di sebuah rumah yang cukup besar untuk mereka bertiga. Bagaimana anda tidak menyukainya? Grace Stewart (Nicole Kidman) adalah ibu yang sangat cantik dan perhatian. Ia sangat menyayangi kedua anaknya, sangkin sayangnya ia kepada anaknya Stewart bahkan akan menjaga anaknya dari segala sesuatu yang mengancam kedua anaknya tersebut Nicholas (James Bantley) dan Anne.

Cerita diawali dengan seorang ibu yang tinggal di sebuah rumah tua yang tua bersama kedua anak dan beberapa asisten rumah tangga. Rumah tua itu  ditinggali sebuah keluarga sebelum mereka pindah dan menempatinya sekarang. Tapi didalam cerita tidak disebutkan siapa yang tinggal disana sebelumnya hanya informasi bahwa rumah itu sudah ditinggalkan dan Grace , Nicholas, serta Anne yang akan menempati rumah besar tua itu untuk kedepannya.

Lalu setelah beberapa waktu mereka tinggal dirumah tersebut berbagai fenomena-fenomena muncul. Kejanggalan demi kejanggalan terjadi dan semakin menjadi hingga semua menjadi terlihat setelahnya. Kejadian  aneh sering muncul seperti pintu terbuka sendiri dan jendela kamar yang juga terbuka dengan sendirinya. Entah itu dilakukan oleh siapa, namun yang jelas itu bukan ulah kedua anak Stewart terutama bukan Nicholas karena Nicholas mempunyai semacam alergi (idk) kepada cahaya yang setiap kali melihat cahaya kulitnya terasa terbakar, jadi pasti bukan Nicholas.

Kemudian karena merasa anaknya terancam Grace Stewart mulai khawatir dan curiga terhadap asisten rumah tangganya yang mempunyai gerak-gerik mencurigakan ditambah karakter asistennya yang jarang berbicara seolah dirasuki arwah mulut terjahit -hiks. Tetapi kejadian supranatural semakin banyak terjadi dibagian pertengahan hingga akhir yang memicu berbagai pertanyaan yang akan membuat seluruh penonton terpaku dalam ketegangan dan bertanya-tanya perihal siapa pelakunya?

Seperti kisah yang sederhana bak kisah misteri rumah berhantu tidak ada yang cukup memberikan bekas, seorang Ibu bersama kedua anaknya tinggal disebuah bangunan tua dan seperti film horor lainnya, rumah itu penuh dengan gangguan dari mereka yang berada di dunia lain. Namun, pada akhir film kita dihantam oleh sebuah twist yang benar-benar menarik yang menurut saya itulah satu-satunya yang paling memberi kesan. The Others merupakan film yang tidak hanya menyajikan ketegangan dam misteri semata, melainkan juga pendalaman karakter dan liku-liku kisah keluarga Grace Stewart (Nicole Kidman), termasuk hubungan antar mereka (entah siapa) yang tinggal di rumah tersebut. Inilah bagaimana sebuah film horor itu diciptakan. Horor tidak selalu terkait dengan penampakan, pembunuh berantai, atau virus yang mematikan. Horor adalah bagaimana diri kita dapat merasakan ketegangan, perasaan takut sekaligus peduli terhadap para karakter yang terlibat, dan The Others berhasil membuktikannya.


Akting Grace hangat, tidak panas dan tidak dingin pula. Karena ada adegan yang tidak perlu menurut saya. Teriakan di awal yang cukup mengagetkan seolah tidak ada hubungannya dengan film ini. Ada juga akting yang menurut saya keren dan sayang jika kita tidak memberikan apresiasi kepada Nicole. Overall akting disini tidak kuat juga tidak lemah -Pass. Nicole Kidman berhasil meraih beberapa penghargaan atas aktingnya untuk kategori pemeran terbaik versi Goya Awards, Kansas Film Critics, Saturn Awards, dll. Ia berhasil meyakinkan kita dengan aktingnya yang memukau. Perhatikan perbedaan sikapnya ketika berhadapan dengan para pelayannya dengan ketika berhadapan dengan anak atau suaminya. Selain Nicole, satu aktor yang berhasil menarik perhatian saya melalui kekuatan aktingnya adalah James Bentley yang berperan sebagai Nicholas, putera Grace. Sosoknya imut, polos, dan selalu ketakutan. James meyakinkan saya bahwa di balik tampang imutnya, terpancar kelenturan akting yang membuat saya merasa entah itu memang wajahnya atau benar itu aktingnya -unbeliveable.

Meski demikian, cerita berlanjut dengan cukup apik didukung dengan akting para pemain dan semakin menarik selama perjalanan menuju puncak film. Ketegangan demi ketegangan disusun denan rapih mengikuti suasan tema film. Pengembangan karakter dan pembangunan suasana berjalan pelan dan swufht. Twist yang dihadirkan di akhir film pun sangat menonjok dan secara langsung membuat kita bersimpati dan memahami apa yang sebenarnya terjadi sepanjang film, termasuk apa yang sebenarnya tersembunyi di balik sikap mencurigakan para pembantu yang bekerja untuk Grace.


Efek suara, tidak ada yang spesial. 
Membantu membagun suasana meneganggkan namun tidak ada yang istimewa namun tidak buruk juga. Alenjandro tidak bisa disalahkan juga karena film ini memang tidak terlalu mengumbar kelebihan audionya. Meski demikian, film ini terpaku pada penggunaan  jump scare lewat suara-suara yang menggangu. Teknik ini memang terbukti efektif dan seringkali dijadikan senjata untuk mendapatkan scare situation. Akan tetapi, apakah teknik ini benar-benar bisa menghasilkan horor yang wow? Di beberapa kasus mungkin iya, tapi di film ini tidak demikian.

Lokasi sangat sesuai untuk genre ini, sebuah mansion yang terpencil dengan halaman yang luas dan berkabut -apa ini serial hannibal?. Masih belum cukup, semua tirai jendela harus ditutup agar anak-anak Grace dapat terhindar dari sinar matahari. Sinematografernya sangat lihai menggabungkan adegan demi adegan sehingga memunculkan harmonisasi yang suram. Tata kamera juga bagus dengan beberapa kali dipilih sudut pandang yang sangat dramatis (menurut saya). Keputusan sang sutradara (Alejandro Amenabar) untuk menciptakan efek kabut adalah keputusan yang tepat, terutama saat film mencapai menit-menit akhir, yang membuat kita menyimpulkan bahwa kabut yang digunakan adalah pembeda dunia nyata dengan dunia lain. Keputusan lain yang sangat tepat adalah tidak adanya penerangan listrik di rumah itu (pihak Jerman memutus arus listrik karena situasi perang). Secara ototmatis, penghuni rumah harus menggunakan api sebagai penerangan yang mana kenyataan ini sangat mendukung suasana sebuah film horor.

Sebagian besar cerita berjalan di latar tempat  di dalam rumah dengan seluruh tirai ditutup dan penerangan mereka hanyalah cahaya lilin dan petromaks. Di luar rumah, kabut mengurangi jarak pandang, sementara rumah itu sendiri merupakan country house yang terpencil di daerah Jersey. Singkat kata, semua aspek mulai dari lokasi, latar, dan karakter dalam film ini sangat mendukung suasana film yang gelap kelam. Ditambah lagi dengan tingkah mencurigakan tiga pelayan baru di rumah tersebut. Meski demikian, bukan berarti suasana dalam film ini sempurna. The Others adalah film horor tapi aspek yang menakutkan itu sendiri  lemah. Tidak ada hal yang benar-benar membuat saya takut selain suara-suara mengejutkan yang tidak banyak digunakan (normal). Itu adalah hal yang bagus, tidak terlalu mengandalkan jump scare, tapi aspek horor lainnya juga tidak maksimal. Bahkan jika aspek jump scare itu dihilangkan total, film ini sama sekali tidak menakutkan bagi saya. The Others cenderung lebih menekankan sisi drama misterinya dibanding horor itu sendiri.

Kepercayaan, karena seluruh waktu layar dihabiskan didalam rumah otomatis seluruh ketakutan dan kesesakan terjadi pada satu tempat.
Yang bisa saya temukan di sini, yaitu bahwa orang tua mesti memiliki kepercayaan dan mengajarkan pada anak-anaknya. Menghabiskan seluruh waktu kegiatan hanya di rumah itu tidak selalu baik karena :
Pertama tidak bermain,   anak-anak pasti akan jenuh dan mulai menciptakan permainan-permainan sendiri dan pada kasus tertentu ada beberapa anak yang menciptakan teman khayalan sendiri jangan sampai itu terjadi pada anak Anda.
Kedua kepribadian kokoh, anak yang diajarkan untuk selalu percaya akan sesuatu yang ada dan tiada pasti lebih kuat kepribadiannya dibandingkan yang tidak

Nah Setidaknya, itulah yang perlua dilakukan Grace atau orang tua manapun tidak hanya   kepada orang tua Nicholas dan Anne. Tapi selain itu, saya tidak menemukan apa-apa. Jadi, aspek ini juga menjadi poin lemah yang dimiliki The Others.

Penutup, sebagai drama misteri, The Others adalah film yang unik dan menarik dengan caranya sendiri. Tapi, tidak demikian bila kita lihat dari sisi "horor"-nya. Hampir semua sisi horor yang ditunjukkan film ini biasaa saja bahkan beberapa tidak menyeramkan sama sekali. Tidak ada visual yang menakutkan atau teror yang serius. Akan tetapi, ini cukup masuk akal juga bila kita melihat teori yang terlahir dari twist ending film ini. Semua berpapasan, pemuka agama bahkan pendeta percaya kita ini hidup di dunia bukanlah dari dunia. Saya jadi ingat teori dunia paralel "setiap dunia yang kita tinggali ada versi berbeda didunia lain yang kita tinggali". Jadi, kesimpulannya hiduplah dengan sebaik mungkin didunia ini karena kita belum tentu baik di dunia lain. Sekian Review The Others (2001), balecter keluar. Trims.
Next Post Previous Post